Senin, 07 Mei 2018

Perkembangan UKM selama 3 tahun terakhir di Indonesia dan efek kepada perekonomian indonesia


Perkembangan UKM selama 3 tahun terakhir di Indonesia
Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia UKM selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan penting, karena sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern. Serta mampu menyerap banyak tenaga kerja. Peranan usaha kecil tersebut menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan pembangunan yang dikelola oleh dua departemen yaitu Departemen Perindustrian dan Perdagangan, serta Departemen Koperasi dan UKM.
Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) mencatat, makin banyak masyarakat yang memulai usaha sendiri. Jumlah wirausaha baru di Indonesia naik menjadi 3,1% dari jumlah penduduk dalam tiga tahun Pemerintahan Jokowi-JK. Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Agus Muharram mencatat, sebelumnya, wirausaha baru di Indonesia hanya 1,56% dari populasi.
"Awalnya target peningkatan jumlah wirausaha per tahun hanya 1 juta tapi ternyata dalam kurun lebih kuranga 3 tahun sudah mencapai 3,1% jumlah penduduk, ini kenaikan yang luar biasa," kata Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Agus Muharram, saat membuka acara Gebyar UKM Indonesia 2017 di SME Tower, Smesco Indonesia, Jakarta, Selasa (24/10).
Di samping itu, kontribusi koperasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) juga naik signifikan dalam tiga tahun terakhir menjadi 3,99%. "Kementerian Koperasi dan UKM menargetkan angka kontribusi koperasi terhadapa PDB ini bisa naik sampai 6% pada akhir tahun 2019. Demikian juga dengan jumlah wirausaha baru diupayakan mencapai bisa mencapau 5% jumlah penduduk, di akhir 2019," katanya.
Ada beberapa penyebab permasalahan dan penghambat UKM :
a.      Factor internal
-         Kurangnya permodalan
-         Sumber daya Manusia yang terbatas
-         Lemahnya jaringan usaha dan kemampuan penetrasi pasar
b.     Factor eksternal
-         Iklim usaha belum sepenuhnya kondusif
-         Terbatasnya sarana dan prasarana
-         Impikasi otonomi daerah
-         Implikasi perdagangan bebas
-         Terbatasnya akses pasar
-         Sifat produk dengan lifetime pendek
Factor pendukung yang sangat penting dalam menjaga keberadaan UKM adalah lembaga keuangan bank dan non-bank. Sebabnya , pembiayaan lembaga kredit lembaga keuangan dapat menggairahkan UKM agar mandiri karena modalnya bertambah. Salah satu bentuk pemberdayaan yang ada di Indonesia adalah pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM) yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi daerah yang kemudian juga berpengaruh terhadap perekonomian secara nasional.
Ketika terjadi krisis ekonomi 1998, hanya sektor UKM yang bertahan dari kolapsnya ekonomi, sementara sektor usaha yang lebih besar (UB) justru tumbang oleh krisis. Krisis ini telah mengakibatkan kedudukan posisi pelaku sektor ekonomi berubah. Usaha besar satu persatu mengalami bangkrut karena bahan baku impor meningkat secara drastis, biaya cicilan utang meningkat sebagai akibat dari nilai tukar rupiah terhadap dollar yang menurun dan berfluktuasi. Sektor perbankan yang ikut terpuruk turut memperparah sektor industri dari sisi permodalan. Banyak perusahaan yang tidak mampu lagi meneruskan usahakarena tingkat bunga yang tinggi.
 Berbeda dengan UKM yang sebagian besar tetap bertahan, bahkan cenderung bertambah. Sumbangsih UKM terhadap PDB menjadikan indikator pentingnya UKM dalam peningkatan pertumbuhan perekonomian di Indonesia, Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan indikator pertumbuhan perekonomian, dimana pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka yang panjang . Output perkapita sekarang ini kita kenal sebagai Produk Domestik Bruto (PDB). PDB sendiri sangat berkaitan erat dengan jumlah penduduk sehingga PDB sangat dipengaruhi jumlah penduduk dan jangka waktu yang panjang, jadi pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses 


Daftar pustaka :