Bisnis.com, JAKARTA- Preloved shop untuk barang-barang
fashion bermerek menjadi alternatif bagi sebagian kalangan menengah-atas untuk
memonetisasi barang-barang berharga mereka yang sudah tidak dipakai lagi.
Banyak
banget ternyata orang-orang yang ingin pengen tampil berkelas dan trendi tapi
gak mau merogoh isi dompet terlalu banyak, membeli Preloved Items bisa menjadi
solusi cerdas untuk mencapai tujuan tadi khususnya untuk para kalangan menengah
ke atas. Tak jarang juga memiliki barang-barang bermerek apapun atas ini
menjadi salah satu penghasilan tambahan apalagi bila barang preloved tersebut
diproduksi secara terbatas alias limited edition.
Fenomena
komunitas pecinta barang preloved ini
ternyata gak cuma terjadi di kota-kota besar di Indonesia tapi juga di
kota-kota terbesar ke-dua di Indonesia, apalagi sekarang eranya media sosial
sehingga informasi mengenai ketersediaan barang preloved jadi
lebih mudah didapat.
Sebab, penggemar barang-barang preloved bermerek cukup tinggi.
Sebagian kelas masyarakat tidak mempedulikan kondisi barang, dan memilih untuk
membeli gengsi dari brand sebuah produk.
Melihat karakteristik pasar Indonesia tersebut, Alyssa Rusli
mencoba peruntungan dengan menjual barang-barang bermereknya di online shop
bernama A Collective Market yang didirikannya di akun media sosial dua tahun
lalu.
Lama-kelamaan, bisnisnya semakin berkembang dan saat ini dia juga
sudah mulai menjual barang-barang bermerek dalam kondisi mint atau baru. Tidak
jarang, ada orang yang meminta bantuannya untuk turut memasarkan barang-barang
bermereknya. Berikut kisahnya:
Mulai kapan berbisnis preloved shop? Bagaimana awal merintisnya?
Saya mulai pada Agustus 2013. Pada waktu itu kebetulan saya baru
pulang kuliah dari Australia. Nah, barang yang saya bawa dari sana ternyata
kebanyakan dan jenisnya bermacam-macam, yang sudah tidak memungkinkan untuk
dipakai lagi di Indonesia.
Saya suka beli barang-barang bergaya vintage selama di Australia.
Pada saat saya pindah ke Jakarta, saya mulai mencoba jual ke rekan-rekan kerja saya.
Ternyata responsnya positif, banyak yang mau beli.
Dari situ lalu, saya mulai membuka online shop. Karena sudah mulai
banyak pelanggan tetapnya, lama-kelamaan banyak juga teman-teman yang ikut
menitipkan barang-barang preloved-nya.
Bagaimana untuk menjual barang-barang preloved ini ?
Orang-orang lebih memilih menjual barang-barang bekasnya melalui
media online, karena jalanan di Jakarta makin macet. Apalagi, sekarang ini
akses terhadap media sosial dan smartphone sudah semakin mudah dan cepat.
Barang apa saja yang dijual di preloved shop Anda?
Saya mengedepankan barang-barang dengan brand kelas atas, yang
tidak ada atau langka di Indonesia. Banyak juga barang-barang yang didapatkan
dari luar negeri dengan model yang antik atau unik.
Beberapa contoh barang preoved yang dijual di A Collective Market,
a.l. tas Fendi by the Way Medium Fur yang dijual seharga Rp13,55 juta, Prada
Brown Leather Rp11,55 juta, Lacoste Pouch Rp1,35 juta, Balenciaga Day Bag
Rp4,55 juta, serta Furla Perla Rp3,85 juta.
Sepatu misalnya; Balenciaga Arena Men Rp5 juta, Missoni X Converse
Auckland Racer Rp5 juta, Nike Sky Hi-Dunk Rp1,5 juta, Valentino Rockstud Rp6,5
juta, Salvatore Ferragamo Jelly Shoes dan Tory Burch masing-masing Rp1,55 juta,
serta Bourne Rp2,5 juta.
Baju seperti Phillip Lim Outwear Rp1 juta, Chanel Bomber Jacket
Rp2,85 juta, Thom Browne Multi Gingham Shirt Rp3 juta, dan Comme Des Garcons
Rp1,25 juta. Masih banyak lagi barang preloved bermacam merek-merek kelas atas
yang dijual dengan harga layak..
Kriteria barang yang layak dijual untuk preloved shopping seperti
apa?
Sebenarnya sih tidak ada limit untuk kriteria barang. Bisa saja
yang dijual barang preloved dengan kondisi yang sudah buruk, tapi dijual murah
dan masih ada orang yang mau beli karena melihat gengsi dari mereknya,
modelnya, atau serinya yang limited edition.
Namun, kebanyakan yang dijual untuk barang-barang bermerek bekas
adalah yang kondisinya di atas 60% atau 70%
Bagaimana penentuan harga jualnya?
Terkadang yang seperti itu tidak ada patokan khusus. Misalnya,
untuk barang yang limited edition dan rusaknya hanya sedikit, harganya bisa
tinggi.
Dalam menjual barang preloved apalagi melalui media online,
bagaimana kiat membangun kepercayaan dengan calon pembeli?
Yang pasti, saya menetapkan term and condition sebelum menjual.
Selebihnya, Anda harus berjualan dengan cara benar.
Tidak ada trik khusus untuk menarik pembeli. Kalau saya sih,
kuncinya pilihlah barang-barang yang bagus untuk dijual, yang di pasaran atau
di toko-toko online lainnya masih sangat jarang. Jadi, orang tahu barang yang
kita jual itu eksklusif, berkelas, dan berkualitas.
Nah, bagaimana trik hunting barang yang bagus untuk bisnis ini?
Biasanya saya berburu ke luar negeri dan cari barang yang tidak
ada di Indonesia. Lalu, bisa juga saya datangi orang-orang yang punya
barang-barang bagus yang sudah tidak terpakai lagi, dan kita membuat
kesepakatan.
Apa manfaat dan dari menjual barang preloved bagi Anda?
Yang jelas, saya mendapatkan profit secara material. Apalagi
ketika ada teman yang nitip jual ke saya.
Selain itu, saya jadi dapat banyak teman baru sesama penjual
barang-barang preloved. Ini berguna untuk memperkuat jaringan dan menemukan
barang-barang bagus yang bernilai tinggi.
Yang pasti, saya juga dapat memberikan fasilitas kepada pasar
untuk menemukan barang secara mudah dan murah. Kalau mau, saya juga bisa
membantu pelanggan yang ingin mencari barang jenis tertentu.
Tantangannya?
Kalau tantangannya, sekarang ini online shop semakin menjamur.
Tiap hari selalu muncul pemain baru. Masalahnya, banyak dari mereka yang tidak
terpercaya, dan buka akun hanya untuk menipu calon pembeli.
Pada akhirnya, itu berdampak kepada pelaku preloved shop. Calon
pembeli menjadi lebih was-was. Misalnya, dulu mereka bisa menerima barang tanpa
struk (ketika membeli barang) atau tanpa sertifikat atau tanpa kemasan.
Sekarang sudah tidak mau lagi, mintanya harus ada struk.
Padahal, mayoritas barang preloved sudah tidak ada lagi struknya.
Lalu bagaimana cara mengatasinya?
Kami hanya menjalankan bisnis berdasarkan kepercayaan. Kalau
memang struknya sudah tidak ada, saya tidak bisa berbuat apa-apa. Karena memang
bisnis ini based on trust. Kalau pembeli minat, silakan transfer, kalau sudah
ya kami kirim barang.
Bagaimana cara mendulang laba dari bisnis ini? Bagaimana pula
prospek ke depannya?
Kalau saya jual barang sendiri, pasti tidak ada profit secara
materi. Tapi saat ada orang yang menitipkan barang kepada saya, saya bisa dapat
laba karena saya bisa menaikkan harganya sedikit.
Namun, berbisnis preloved shop memberi saya banyak peluang untuk
berburu barang bagus, mencari ke banyak tempat, serta membangun jejaring dengan
sesama pemilik preloved shop.
Saya rasa, ke depannya, preloved shop akan berkembang cukup pesat
karena pengguna media sosial di Indonesia sangat masif, sehingga informasi
tentang tren atau gaya hidup terbaru pasti akan cepat tersebar.
Apalagi, seperti saya bilang, orang Indonesia banyak yang membeli
barang bermerek karena gengsi. Dengan adanya preloved shop ini, mereka punya
kesempatan mendapatkan barang idaman dengan harga miring.
Tips memulai bisnis preloved shop?
Yang jelas harus jujur, dagangnya harus benar. Lalu, harus giat
hunting barang, apalagi jika dibekali dengan skill mencari peluang pasar dan
tahu mana-mana saja barang yang tidak pasaran di sini. Juallah sesuatu yang
berbeda dari online shop lain.
Editor : Linda Teti Silitonga